Minggu, 07 November 2010

5026: Empatbelas

5026: Empatbelas

Pria yang selalu menulis puisi cinta

Kemarin dia menulis tentang rindu
pernah juga aliran katanya yang memuja
tentang gadis yang ia damba
mengukir keluh manja menjadi pinta.

Pria itu kembali menulis, masih tentang cinta
meski bukan lagi menggunakan pena
karena kata belum tentu mencipta makna
cukup sederhana, hanya menyusun menjadi bait dan paragraf.

Pria yang selalu menulis puisi cinta
diubahnya tinta menjadi tetes air mata
sepenuhnya sadar bahwa ucapnya
kembali menjadi rintihan do'a.

Surabaya, 7 November 2010

5026: Tigabelas

5026: Tigabelas

Obrolan denganmu di pagi hari.

Aku:
Kamu sudah bangun ternyata
tapi otak dan hatimu masih malas utk beranjak
karena jiwa masih kelelahan dan keletihan
masih pagi, kamu ajak aku bermain kata.

Kamu:
Aku sedang tidak bermain kata
tapi dingin embun dan hangat mentari mengajak ku untuk bercerita
meski enggan, karena tiada harap
juga mengerti bahwa masih ada cinta
tapi sekali lagi lelah letih telah merampasnya.

Aku:
Bukankah justru lelah,
memberi cerah
bukankah justru letih,
membawa pasti
tidakkah kau mengerti
sudah kurubah arah kata
sudah kubelokkan pikir
karena jika terpaku
putus asa yg membelenggu.
Tapi...
kemana bajumu yang ada di lemari bajuku?

Kamu:
Ia telah menghiasi jiwa yg kelelahan dan kelatihan
mencoba berlari
untuk mencari miliknya yg hilang.

Aku:
Bukan hilang sepertinya
tapi hanya sejenak singgah
seperti kamu yang selalu berlalu
membiarkan senyum yang berubah menjadi murung.
Dimana laptopku? dimana bajumu?
karena disana aku menemukan rindu.

Kamu:
Kerinduan yg tidak pernah menemukan jawaban
karena jiwa yg yg dirindui tdk mengerti
makna sebuah kerinduan yg terlahir dari jiwa cinta.
Dan mungkin rindu pun akan meninggalkanmu.

Aku:
Sedang hari begitu cepat berpacu
tak terasa, tinggal tersisa satu minggu.
Bukan mungkin, tapi itu kepastian
karena datang dan pergi, adalah kehidupan.

Kamu:
Silih berganti siang dan malam adalah "sunnatulloh"

Aku:
Tidak bisa kita mengikat matahari yang terus berlari
jua tak sanggup bagi kita memaksa malam membuka tirai.

Kamu:
Meski bukan mimpi
karena sekedar bermimpipun itu tak mungkin.

Aku:
Lalu kemana senyum dalam mimpimu yg sempat kutahu?

Surabaya, 6 November 2010

5026: Duabelas

5026: Duabelas

Ada bajumu dalam lemari bajuku

Di kasur terserak satu tumpuk baju
celana mampir di sandaran kursi
bahkan tiang lampu tergantung juga baju.

Beranjak, sebentar hampiri lemari
aku periksa, kembali kucari
sepasang bajumu, tapi ternyata rindu.

Surabaya, 5 Nopember 2010

5026: Sebelas

5026: Sebelas

Segeralah berlalu sebelum senyum itu berubah murung
sebab siang ini saat matahari yang seharusnya tinggi
mengakui awan dengan warna mati.
Jika bisa, mungkin sudah tersungging senyum pura-pura
membalas senyummu yang entah berarti apa.

Surabaya, 4 Nopember 2010

Rabu, 03 November 2010

5026: Sepuluh

5026: Sepuluh

Pelajaran hari ini adalah tentang senyum.

Sepasang bibir membentuk garis lengkung tengadah
atau dengan cara sederhana
cukuplah mengetik titik dua dan kurung tutup.
Itulah senyum,
senyum tersipu karena malu
senyum melebar banyak kelakar
senyum tersungging merasa orang penting
senyum kecut, kecewa sedikit takut
ada juga yang berpura-pura senyum begitu rupa.

Baiklah, aku coba artikan senyum
memakna sentuhan mata menjadi kata
meski ternyata tidak sederahana
karena senyummu hanya Tuhan dan kamu yang tahu.

:Setelah seribu senyum hari ini
Surabaya, 3 November 2010

5026: Sembilan

5026: Sembilan

Menikmati Shalatmu

Teduh, anggun dan ayu
sekali aku ragu , sering aku terpaku.

Takhbiratul ikhram; angkat tanganmu sejajar
kau sebut Dia yang Maha Besar
tunduk satu titik untuk Maha Benar.

Ruku'; tubuh menunduk telapak menekur lutut
mesra kau sapa Dia yang Suci nan Agung
bibir pelan bergumam, serahkan jiwa pada Kuasa-Nya.

I'tidal; kembali beridiri padakan lengan
akui diri, ikhlaskan hati
dosa nista, sirna gelap karena cahaya.

Sujud; wajah berserah sentuh sajadah
hanya Dia yang bertahta pada singgasana Arsi
hingga sampai dalam pangkuan-Nya abadi.

Engkau akhiri, cumbumu dengan-Nya senja ini
kala matahari sudah setengah tinggi
haturkan pada-Nya segala puji.

Kanan, sempurnakan cinta pada Maha Bijak
Kiri, serah pasrah pada segala kehendak.

Surabaya, 2 Nopember 2010

5026: Delapan

5026: Delapan

Namanya: Adelina Situmorang

Perempuan yang tidak sederhana untuk diceritakan
dia tidak suka kata enggan untuk bicara
hidup adalah perjalanan singgah dan pergi
ketika jenuh sudah waktunya untuk angkat sauh
saat bosan segeralah untuk melenggang.

Perempuan yang tidak rumit mengadu hidup
hanya mengerti, kaki harus selalu melangkah
bahagia bukan hanya karena rupiah
cukup saja menikmati warna malam kota
tatkala wanita cenderung suka etalase belanja.

Ah, masih sedikit kutahu tentang dia
begitu sulit dia untuk membuka kata
jika tidak kubertanya.

Surabaya, 1 November 2010