Kamis, 28 Oktober 2010

5026: Empat

5026: Empat

Ada, tiadapun percuma
hadirmu hanya sejenak mencipta rasa
sisanya, semoga segera terlupa.

Engkau pergi akupun berlalu
kumengerti hanya cemburu
seperti dua hari lalu.

Surabaya, 28 Oktober 2010

5026: Tiga

5026: Tiga

***
Jawab kawanku (Pebu):

Aku memang selalu terbuai pada malam
ku bagi ia menjadi tiga.
Satu untukku, satu untuknya dan yang terakhir lagi untuk-Nya
Untukkmu?
ah... rupanya untukmu pula yang belum kupikirkan.

***
Aku kalah Tuhan:

Bukan padamu
tapi tentang tirai jingga
saat aku lelah, akupun lemah.

Jika Muhammad bisa menawar jumlah Shalat
karena dia mulia
akupun ingin menawar kadar dosa
karena aku manusia
tentu ku tahu jawab-Mu
karena sudah termaktub dalam hukum-Mu.

Namun, tetap "Aku kalah Tuhan".

Surabaya, 27 Oktober 2010

5026: Dua

5026: Dua

***
Untukmu kawan yang sudah terbuai
pada malam yang sudah tinggi:

Sebentar lagi setelah kututup tirai
pasti kuhantar lelap mimpi
sebelum, sejenak ku sapa Illahi
dalam hitungan ganjil nan penuh arti.

***
Kemana empat perawan biru
yang kemarin pagi lewat bingkai jendelaku?
Sedang mereka sudah berangkat bekerja
sebentar lagi aku juga.

Surabaya, 26 Oktober 2010

5026: Satu

5026: Satu

***
Selembut pagi ini
dia tertawa renyah.
Dari bingkai jendela lagi
empat perawan biru
menyandang buku
sama
mereka juga tertawa renyah.

***
Seperti bukan diriku
mereka berkoar-koar
aku hanya mendengar.
Tidak tahu, aku sudah jemu
padahal baru hari satu.

***
Tidak kau lihat aku cemburu
pada matamu.
Serbuk rindu seribu batu
jadi satu.

Ada juga ragu
pada hatimu
satu rindu
jadi batu.

Surabaya, 25 Okt 2010

5026: Nol

5026: Nol

Jejak malam dari bingkai jendela
ada pagut rindu ketika bertemu
juga lagu dimulai dengan nada minor
bibirpun tersenyum, matapun saling berpadu
mengerti bahwa bukan tentang datang dan pergi
hanya bait gundah berubah kata.

Surabaya, 24 Okt 2010